Inilah Sosok Pemimpin Sunda Menurut Budayawan Jawa Barat

RAKYAT PRIANGAN- Membicarakan perihal kepemimpinan kesundaan banyak tersaji dalam berbagai literatur, termasuk dina uga wangsit Siliwangi.

Hal ini banyak falsafah tentang kepemimpinan sunda, sebelum mendalam kita harus mengetahui terlebih dahulu siapa dan bagaimana itu orang sunda?

Memahami orang Sunda bisa dilihat dari bagaimana cara mereka berpikir maka orang sunda itu merujuk dengan pemikiran Tri tangtu (serba tilu) yang mana Tri tangtu itu adalah cara berpikirnya orang sunda.

Menurut Budayawan Jawa Barat, Dani Danial Muhklis menerangkan bahwa berpikirnya orang sunda selalu berdasar kepada Tri tangtu.

Kenapa disebut dengan Tri tangtu? Karena orang sunda itu sering berpegang teguh pada 3 aspek:
1. Ketuhanan (habluminallah),
2. Kedirian/kemanusiaan (habluminannas) dan
3. Ke Alaman (hablu min alam)

Bagaimana dia berfikir tentang ketuhanan, bagaimana dia berfikir tentang diri sendiri, dan mereka juga berfikir tentang melestarikan dan mengolah alam.

Aspek kehidupan orang sunda itu pasti menyangkut 3 aspek Tri tangtu ini, yang mana isi dari Tri tangtu itu adalah: Tri tangtu Tribuana, Tri tangtu Diraga dan Tri tangtu Dinagara.

Kepemimpinan orang sunda tersaji dalam beberapa literatur, Contohnya dalam Naskah Siksa Kandang ngKaresian, ada ajaran Parigeuing; Parigeuingma ngarana, bisa nitah bisa miwarang ja sabda arum wawangi, ngarah teu surah nu diparèntah. Ini salah satu model kepemimpinan orang sunda, khusunya dalam seni komunikasi yang salah satunya mengedepankan "siloka". Makanya tak heran, jika jaman dahulu ada tradisi pantun sunda, yang biasa digunakan para raja untuk menyampaikan perintah atau titah raja.

Biasanya pantun sunda dijadikan sebagai metode pemimpin menyampaikan pesan dan perintah kepada rakyatnya. Agar dapat di terima oleh rakyatnya, namun supaya rakyatnya tidak merasa di perintah.

Kriterium
Kepemimpinan orang sunda yang masih ada dalam rentetan Parigeuing astaguna, yang di maksud dengan Astaguna itu adalah 8 Kearifan.