RAKYAT PRIANGAN, Opini- Beredarnya kabar tentang wacana kemudian berkembang menjadi rencana mengganti nama Kabupaten Ciamis menjadi Kabupaten Galuh bukan hal yang baru.
Dorongan kuat mengganti nama Kabupaten Ciamis menjadi Kabupaten Galuh semakin kuat dan deras di tahun 2023 ini.
Bisa jadi kuatnya energi keinginan mengganti nama Kabupaten Ciamis menjadi Galuh banyak faktor. Sebut saja celotehan Babe Saidi (alm), peneliti asal Bandung, bahkan sejumlah perkara lainnya.
Baca Juga: Pengumuman! Jadwal Seleksi PPPK di Kabupaten Ciamis Telah Keluar, Catat Tanggalnya Jangan Sampai Ketinggalan
Ini mendorong adanya gerakan kultural bawah tanah yang bergerak untuk mempersatukan satu energi menjaga marwah kebesaran Galuh dari pengusik yang tak bertanggungjawab.
Diperkuat kembali dengan banyaknya kegiatan budaya lintas daerah seperti Banjar, Pangandaran bahkan hingga Bali sekalipun kerap membawa nama kebesaran Galuh.
Hal inilah membuktikan bahwa secara struktur sosial masyarakat ternyata Galuh sudah mengakar pada nurani masyarakat Sunda khususnya.
Baca Juga: Dijamin Untung Besar! Inilah Ide Jualan Pada Saat Bulan Puasa yang Direkomendasikan Bagi Pemula
Tiba-tiba saja mendengar bahwa Kabupaten Ciamis ingin diganti nama menjadi Galuh.
Isu itu menggelinding dan terus membesar, dari obrolan warung kopi, ruang akademik, hingga ruang politik.

Tujuan dari isu tersebut sederhana yakni menjaga, melindungi marwah kebesaran Galuh sebagai pusat peradaban Sunda.
Wilayah kecintaan terhadap Galuh pun bergeser dari ruang kultural budaya hingga menuju ke ruangan politik.
Baca Juga: Ada Empat Nabi yang Masih Hidup Sampai Sekarang, Dua Berkelana di Bumi Dua Tinggal di Langit, Begini Kisahnya
Setiap napas politik yang digaungkan yakni menggunakan baju kebesaran Galuh.
Beberapa waktu terakhir ini sudah dibentuk panitia persiapan penggantian nama Kabupaten Ciamis menjadi Galuh.
Ini bentuk keseriusan dari pemerintah untuk urusan satu ini.
Pergerakan Galuh kini bukan lagi soal budaya tapi soal kewilayahan.
Baca Juga: Tradisi Misalin Sang Hyang Cipta Permana Prabu di Galuh Salawe Ritus Menyambut Bulan Suci Ramadhan
Apabila pendapat penulis mengenai rencana penggantian nama Kabupaten Ciamis menjadi Galuh, bukan perkara sulit.
Karena fakta historis sudah banyak tersedia dan terhampar dimana-mana, baik Ciamis, Banjar dan Pangandaran bahkan hingga Jawa Tengah.
Ya, karena kewilayahan Galuh pada waktu itu tidak hanya berada di wilayah Ciamis kota melainkan ke wilayah Jawa Tengah.
Bagi penulis, bukti empirisnya sudah banyak tersedia sehingga sangat mudah untuk memuluskan rencana itu.
Baca Juga: Keren! Mahasiswa ITB RU Tasikmalaya Mengembangkan Produk Teknologi Tepat Guna dari Limbah Nasi Basi
Namun, pemikiran penulis mengganti nama Kabupaten Ciamis menjadi Galuh belum begitu urgen. Karena melihat beberapa aspek.
Sebetulnya esensi nama Galuh tidak bisa dijadikan sebagai muatan historis
Tapi bisa jadi sebagai muatan politik identitas.
Makanya Galuh itu jangan diartikan hanya sekedar wilayah justru akan mengecilkan dari kebesaran Galuh itu sendiri.
Baca Juga: Saung Lesehan Agus Kucir, Tempat Makan Untuk Munggahan Menjelang Bulan Puasa Favorit di Pangandaran
Sudah saja Galuh sebagai ideologisasi pembangunan pemerintah Ciamis saja yang menerapkan nilai nilai keluhungan masyarakat tradisi Galuh. Baik dari tata kelola pemerintah, program serta corak kehidupan masyarakatnya tanpa harus dilebel.
Karena Galuh bisa dikaji dari berbagai aspek kehidupan. Sehingga jangan jadi sebuah wilayah tertentu. Karena Galuh apabila ditinjau dari asepk geografis memiliki kewilayahan yang sangat luas.
Hal yang dikhawatirkan penulis adalah mengganti nama Kabupaten Ciamis menjadi Galuh hanya sekedar ganti baju saja tanpa mengganti aspek didalammnya.
Oleh sebab itu, menjaga kebesaran Galuh tidak lantas diartikan menjadi sebuah wilayah, tetapi harus mengakar dalam segala napas tindak tanduk pemerintah dan masyarakat sesuai dengan filosofis kehidupan masyarakat Galuh yang sejatinya.***
Penulis: Syarif Hidayat,M.Pd
Ketua LPPM STIABI Riyadul 'Ulum
Sekretaris PPSI DPD Kabupaten Ciamis.
Artikel Terkait
Berusaha Tak Menjadi Rapuh, Sebuah Opini Tentang Arti Persahabatan
Ketika Tak Lagi Menjadi Pejabat, Etika Moral Nilai Adab Adalah Kunci
OPINI: Menyoal Pernyataan Ibu Mega tentang Ibu-ibu ke Pengajian
Pemikiran Islam dan Pentingnya Edukasi Penanganan Sampah
Ciri-Ciri Gaya Hidup Hedonisme dalam Prespektif Islam dan Pancasila