Menelusuri Semangat Ki Hajar Dewantara Di Balik Kurikulum Merdeka

- Rabu, 17 Mei 2023 | 19:14 WIB
Menelusuri Semangat Ki Hajar Dewantara Di Balik Kurikulum Merdeka (depoedu.com)
Menelusuri Semangat Ki Hajar Dewantara Di Balik Kurikulum Merdeka (depoedu.com)

Oleh : Riyan Nazaruddin, M.Pd; Guru MAN Kota Singkawang

RAKYAT PRIANGAN, Pendidikan- Pandemi Covid 19 menjadi tragedi besar yang berdampak kehidupan manusia seutuhnya, salah satu yang terdampak adalah sektor pendidikan. Imbas dari PPKM proses pendidikan tidak bisa berjalan seperti pada umumnya. Pembelajaran dalam jaringan menjadi opsi yang diputuskan oleh pemerintah dan berharap para siswa tetap mengakses pembelajaran.

Dua tahun sudah proses pembelajaran dalam jaringan dilakukan dan menyimpan banyak catatan. Poin utama yang paling disorot adalah partisipasi peserta didik dalam proses pendidikan dengan sistem baru yang harus adaptasi. Menurut studi penelitian tahap awal pembelajaran jarak jauh (PJJ), hanya 68% anak yang mendapat akses pembelajaran dari rumah.

Kondisi tersebut berdampak pada hal yang menkhawatirkan, yaitu keadaan dimana kesenjangan pendidikan semakin rentang (Learning Gap). Dan Learning Gap semakin senjang saat PJJ dilaksanakan. Akibatnya ketertinggalan pembelajaran (Learning Loss) melanda peserta didik kita, hingga Kemendikbud menerbitkan Kurikulum Darurat sebagai jawaban atas dua permasalahan tersebut.

Baca Juga: Meski Dilupakan, Hanjuang Beureum Academy (HBA) Persembahkan Kado Hari Jadi Kabupaten Ciamis sebagai Juara Ini

Fase tersebut melahirkan sebuah gagasan dari Kemendikbud yang kita kenal dengan Kurikulum Merdeka Belajar. Sebuah konsep yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran, sekaligus menjadi upaya untuk mengatasi krisis pembelajara selama PJJ.

Kurikulum Merdeka Belajar tidak bisa lepas sebuah gagasan yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara. Menurutnya, pembelajaran merupakan sebuah proses belajar mengajar yang memfasilitasi peserta didik tumbuh sesuai kodratnya. Tahap selanjutnya adalah peserta didik memiliki jiwa merdeka secara lahir dan batin.

Pendidikan dalam mata Ki Hajar Dewantara merupakan salah satu proses memanusiakan manusia. Sehingga dalam proses pendidikan ia menganut sistem among, yaitu menghindari adanya hukuman dan paksaan. Paksaan justru dianggap akan mematikan sisi kreativitas dari peserta didik.

Baca Juga: Sejarah Hari Pendidikan Nasional, Perlawanan Ki Hadjar Dewantara Demi Pendidikan Indonesia

Tentunya konsep merdeka belajar harus didahului dari sosok guru sebagai pendidik. Prinsip seorang guru dari Ki Hajar Dewantara dikenal dengan “Ing ngarso sung tuladho, Ing ngarso mangun karso, Tut wuri handayani”. Filosofi ini memiliki makna yang dalam bagi seorang pendidik, sebab pendidik adalah teladan bagi peserta didik dan harus memberikan semangat dan mendukung para peserta didik.

Asas kemerdekaan dalam perspektif Ki Hajar Dewantara menurut Ki Priyo Dwiyarso, Anggota Majelis Luhur Taman Siswa merupakan meninggikan bakat peserta didik dari kehendaknya. Proses pembelajaran bukan hanya kuasa pendidik yang menentukan tujuan si anak. Setiap peserta didik mungkin memiliki bakat tertentu, dan tugas pendidik menganalisisnya hingga memahami kondisi anak didiknya.

Tut wuri handayani lahir sebagai bukti nyata bahwa seorang pendidik memberikan kemerdekaan dalam belajar. Status pendidik adalah yang mendorong dan menguatkan, tapi bukan sembarang dukungan. Sebab peserta didik juga perlu jarak kendali agar nalurinya sebagai manusia tetap terjaga.

Baca Juga: Biografi Raden Ayu Lasminingrat Tokoh Pejuang Pendidikan Kabupaten Garut, Google Memperingati Ulang Tahun 169

Pada akhirnya runutan angka di atas kertas tidak seharusnya menjadi penentu masa depan peserta didik. Seolah mereka terjajah di tanah sendiri oleh keterbatasan kurikulum yang ditentukan kementerian pendidikan. Hal itu mungkin terjadi saat konsep sistem pendidikan justru membatasi bakat-bakat para peserta didik.

Halaman:

Editor: Azhar Fakhru Rijal

Sumber: kemdikbud.go.id

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X